SEMINAR JELAJAH MALAYSIA 2010

KHILAFAH ATAS MANHAJ KENABIAN – JANJI ALLAH DAN RASULNYA

"Di tengah-tengah kalian terdapat zaman kenabian, atas izin Allah ia tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Ia ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) yang zalim; ia juga ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) diktator yang menyengsarakan; ia juga ada dan atas izin Alah akan tetap ada. Selanjutnya akan ada kembali Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian." Beliau kemudiannya diam. [HR Ahmad dan al-Bazar]

SIAPA JEBBAT

My photo
Siapa ana??? Ana bukanlah hero filem cinta, bukan juga hero filem hollywood mahupun bollywood. Ana hanyalah seorang hamba Allah... Ana adalah umat Muhammad S.A.W... Bagaimana pula dengan anta...??? Masih kabur??? Mari bersama-sama dengan ana menuju ke sebuah negara yang bergelar Daulah Khilafah. InsyaAllah... Pandangan/kritikan/nasihat dialukan. Pastikan subject email anta mengikut tajuk yang hendak di kemukakan dan Email ke : jebbat@gmail.com

PIDATO PEMBUKAAN MAKTAMAR ULAMA NASIONAL

PIDATO PEMBUKAAN MUKTAMAR ULAMA NASIONAL


بسم الله الرحمن الرحيم

Allah SWT berfirman:

)إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ(

Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.” (TQS. Al-Fathir [35] : 28).

Rasulullah SAW bersada:

«اَلْعُلَمَاُء وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ»

Para ulama adalah pewaris para Nabi”. (Hadits ini dikeluarkan oleh Abu Dawud dan at-Tirmidzi dari jalan Abu Darda’).

Para Ulama yang Mulia!

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan siapa saja yang masih setia dan loyal kepadanya.

Sungguh saya sangat senang memulai dengan ayat dan hadits yang mulia tersebut untuk menjelaskan kedudukan seorang ulama, yang ilmunya bermanfaat, dan aktivitasnya ikhlas karena berharap ridha Allah semata.

)قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لاَ يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُوا الْأَلْبَابِ(

Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (TQS. Az-Zumar [39] :9).

Waba’du.

Para ulama yang mulia…!

Saudara-saudara tahu bahwa Rasulullah SAW diutus dengan membawa agama Islam yang agung ini, tidak untuk disambut hanya dengan lisan saja, melainkan untuk diterapkan bagi umat manusia di muka bumi ini. Untuk itu, diperlukan sebuah negara yang akan menegakkan semua ketentuannya dan menerapkan semua hukumnya. Negara yang berjihad dengan sungguh-sunguh demi mewujudkan semuanya, menegakkan keadilan, dan menyebarkan kebaikan di seluruh penjuru dunia.

Semua ini jelas sekali dalam sirah Rasulullah SAW. Beliau menyeru kepada Allah dengan bashirah (hujjah yang nyata) di Makkah al-Mukarramah. Beliau tak henti-hentinya meminta dukungan dan pertolongan kepada berbagai kabilah, serta kepada orang-orang yang memiliki pengaruh dan kekuatan; sehingga akhirnya Allah SWT menolongnya dengan dukungan dan pertolongan dari penduduk Madinah al-Munawwarah. Kemudian beliau hijrah dan mendirikan negara. Setelah itu, belaiu melakukan futuhat dan menyebarkan Islam dengan dakwah dan jihad.

Selanjutnya, apa yang beliau ajarkan dan contohkan terus dijalankan oleh Khulafaur Rasyidun sesudahnya. Mereka berjihad di jalan Allah dengan sungguh-sungguh sampai ajal menjemputnya. Negara Islam, yakni Negara Khilafah, telah berlangsung di masa bani Umayyah, bani Abbasiyah, dan Utsmaniyyin; hingga akhirnya kaum kafir penjajah yang dipimpin Inggris ketika itu, dengan bantuan para pengkhianat Bangsa Arab dan Turki, berhasil meleyapkan Khilafah, pada hari seperti yang kita berada saat ini, yaitu 88 tahun yang lalu, tepatnya tanggal 28 Rajab 1342 H/3 Maret 1924 M.

Wahai para ulama yang mulia…!

Kaum Muslim di sepanjang masa Kekhilafahan mereka adalah kaum yang kuat, karena kedekatan mereka dengan Tuhannya. Juga sebagai kaum yang mulia, karena mereka konsisten menjalankan agamanya. Apabila mereka mengatakan sebuah pernyataan, maka gemparlah seluruh dunia; dan apabila mereka melakukan suatu perbuatan, maka kaum kafir pun gemetar ketakutan.

Khalifah kaum Muslim akan memberikan perlindungan dan pertolongan kapanpun ia mau. Perhatiannya terhadap kaum Muslim sangatlah besar, sehingga bendera Khilafah ada di manapun dibutuhkan. Ada seorang penguasa Romawi yang berani kurang ajar terhadap negeri-negeri kaum Muslim. Dia mengirim surat yang bernada ancaman kepada Harun ar-Rasyid, Kahlifah kaum Muslim.

Khalifah Harun ar-Rasyid berpendapat, jawaban surat itu tidak perlu dengan kertas lain, melainkan cukup di tulis di balik surat tersebut. Beliau menjawab, “Jawaban (atas ancaman Anda) adalah apa yang akan Anda lihat, bukan apa yang akan Anda dengar”. Beliau pun memimpin sendiri pasukan dan mengalahkan si pengancam tersebut. Bahkan ia merasakan akibat dari kekurangajaran yang ia dilakukan.

Ada seorang wanita yang dianiaya oleh seorang panglima Romawi. Ia menjerit minta tolong. Wanita itu berkata “Wahai Mu’tashim, dimanakah Engkau!”. Khalifah pun segera meresponnya dengan mengirim pasukan yang dipimpinnya sendiri, hingga Khalifah berhasil mengalahkan musuhnya, dan menghukum orang yang telah berani kurang ajar kepada wanita tersebut, serta mengembalikan kehormatan dan perasaan amannya.

Terjadi sebuah ancaman serius oleh perampok yang malakukan pembegalan di jalan yang biasa dilalui kaum Muslim. Korbannya adalah kaum perempuan dan anak-anak. Pemimpin perampok itu menahan kaum Muslim dan meminta tebusan yang sangat besar untuk pembebasannya. Karena besarnya jumlah tebusan itu, sehingga ada sebagian para pembantu panglima tentara Islam yang berpendapat bahwa jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan kaum Muslim. Lalu, Khalifah meminta kepada pemimpin perampok agar membebaskannya dan ditukar dengan tebusan yang diinginkannya. Kemudian, pemimpin perampok itu berkata, “Tidak, demi Allah. Tidak ada lagi setelah ini seorang perempuan Muslim yang merasa takut dan teramcam”.

Suatu hari ada seorang Raja Persia yang ditahan. Namun, tidak didapati seorang Persia pun yang mau menolong untuk menyelamatkan Rajanya itu dari tahanan, kecuali Khalifah kaum Muslim, Sulaiman al-Qanuni rahimahullah.

Demikianlah, kaum Muslim sepanjang masa Kekhilafahan mereka, menjadi penguasa dunia. Pemimpin yang menebarkan kebaikan dan bahkan menjadi yang pertama dalam segala hal:

Kaum Muslim adalah yang pertama dalam perindustrian. Mereka telah memproduksi manjaniq (alat perang kuno). Ia merupakan senjata berat di zamannya. Bahkan dengan senjata itu kaum Muslim berhasil menghancurkan benteng Thaif hingga rata dengan tanah pada masa Rasulullah SAW. Padahal negara kaum Muslim ketika itu masih terbilang muda, yaitu pada tahun kedelapan Hijriyah. Mereka juga telah memproduksi meriam raksasa pada masa Muhammad al-Fatih rahimahullah. Sehingga, dengannya mereka mampu menghancurkan benteng Konstantinopel….

Kaum Muslim lah yang pertama dalam ilmu pengetahuan. Mereka para pendahulu dalam fisika, kimia, matematika, dan astronomi. Hal ini tidak hanya diakui oleh kawan tetapi juga lawan. Cukup menjadi bukti tentang kuatnya pengetahuan dan perindustrian kaum Muslim adalah hadiah jam hasil karya kaum Muslim kepada Charlemagne, Kaisar Eropa. Dia adalah rajanya raja orang-orang Eropa. Ketika jam itu berbunyi dan pintu-pintunya dibuka…. mereka mengira itu pengiringnya; dan mereka adalah kelas masyarakat elite, namun mereka menyangka bahwa jam itu buatan jin dan jumlahnya banyak di sekitar mereka.

Kaum Muslim lah yang pertama dalam memilih penguasa dan membaiatnya. Sedang pada saat yang bersamaan, di mana para penguasa ketika itu bertindak seperti Tuhan terhadap rakyatnya. Rakyat tidak boleh memprotes apa yang telah diputuskannya. Sebab, bagaimana rakyat bisa memprotes Tuhannya? Adalah Abdurrahman bin Auf, ia berkeliling mendatangi rumah-rumah penduduk Madinah. Beliau menanyakan kepada kaum laki-laki dan perempuan, siapa yang akan mereka pilih untuk menduduki Kekhilafahan, apakah akan memilih Ali atau Utsman radhiyallahu ’anhuma.

Kaum Muslim lah yang pertama dalam menunaikan hak-hak bagi yang berhak, baik laki-laki maupun perempuan; hingga perempuan yang menjadi budak laki-laki, yang diperjualbelikan, yang tidak bernilai dan berharga. Atau seperti perempuan sekarang yang dijadikan komoditas dagangan, dan sarana periklanan. Sesungguhnya Islam memuliakan perempuan, menjadikannya seorang yang merdeka dan mulia, dia memiliki jaminan harta yang independen, dia berhak mengemukakan pendapatnya, …. juga berhak menjadi seorang perempuan yang alim dan faqih yang diperhitungkan.

Kaum Muslim adalah yang pertama dalam urusan-urusan perekonomian dan hidup mulia. Islam membagikan kepada umat manusia harta kepemilikan umum, mengurusi urusan-urusan mereka dengan harta milik negara, dan menjaga kepemilikan mereka yang sifatnya khusus. Islam juga memberikan zakat kepada yang berhak, sehingga pernah terjadi di beberapa waktu tidak ditemukan seorang fakir yang berhak menerimannya. Sementara, sekarang tidak sedikit orang yang hidup bergumul dengan sampah, padahal mereka berada di negara-negara yang katanya berperekonomian maju.

Demikianlah, beberapa kebaikan yang dulu mewarnai kehidupan kaum Muslim selama masa-masa Kekhilafahan kita masih tegak. Lalu, bagaimana dan apa yang terjadi setelah Kekhilafahan kita sudah tidak ada lagi?!

Sungguh, kita yang dulunya merupakan sesuatu yang besar, namun saat ini kita berubah menjadi potongan-potongan kecil. Negara kuta yang dulunya satu, sekarang menjadi lebih dari lima puluh wilayah, yang masing-masing menamakan negara besar maupun kecil.

Kekayaan kita dirampok, negeri-negeri kita adalah negeri-negeri yang penuh energi “minyak dan gas”. Namun demikian, lebih banyak dinikmati kaum Kafir penjajah. Mereka membawanya untuk menerangi negeri-negeri mereka, untuk menggerakkan mesin-mesin industri mereka. Sementara di negeri kita terjadi pemadaman listrik berkali-kali. Masyarakat hidup hanya berpenerang dengan lilin. Pabrik-pabrik kita pun hanya sedikit, itu pun lemah-lemah, tidak mampu bersaing seperti pabrik-pabrik yang ada di negara Barat.

]كالعيس في البَيْداء يقتلها الظما … والماء فوق ظهورها محمول[

Seperti orang berjalan di padang pasir

meninggal karena kehausan

Padahal di pundaknya, ia membawa air

Kita membiarkan negeri-negeri kita dijadikan jarahan bagi setiap orang yang rakus dan tamak. Kita biarkan wilayah kita berkurang sedikit demi sedikit. Lihatlah, Palestina, tahan Isra’ dan Mi’raj, tanah yang merupakan kiblat pertama, tanah haram yang ketiga, dan bumi yang penuh berkah, sekarang tanah itu diduduki kaum Yahudi, sehingga di dalamnya mengalami berbagai kerusakan demi kerusakan. Lihatlah Kasymir yang diduduki kaum Hindu, mereka banyak menumpahkan darah orang-orang yang tak bersalah, dan banyak melakukan kejahatan yang keji dan biadab. Lihatlah Siprus yang terpisah dari tanah induknya Turki, karena campur tangan kekuasaan kaum kafir Yunani. Lihatlah Timor Timur yang terpisah dari wilayah induknya Indonesia. Lihatlah Kaukasus dengan Chechnya-nya dan Inguhsnya .... yang diduduki oleh Rusia. Di sana mereka banyak menumpahkan darah orang-orang tak berdosa.... Kemudian, lihatlah Amerika yang menduduki Irak, Afganistan, dan juga mengagresi negeri tetangganya, Pakistan. Lihat lah pula negeri-negeri Islam yang lain.

Sementara itu, para penguasa di negeri-negeri Islam hanya bermain-main, seolah-olah kasus pembantaian ini tidak terjadi di negeri-negeri kaum Muslim. Sebab mereka meninggalkan Islam di belakang mereka. Dan mereka sampai pada kekuasaan ini karena diangkat oleh kaum Kafir penjajah. Sehingga, keberadaan mereka itu hanyalah alat dan jongos, yang tidak memberikan kebaikan apapun selain kehinaan dan ketidakberdayaan yang terus menyelimuti negeri-negeri kaum Muslim, disamping ancaman separatis dan agresi negara-negara kafir....

Adapun dari sisi kedaulatan dan kepemimpinan, maka kaum Muslim belum juga memiliki kedaulatan di dunia. Kaum Muslim hanya menjadi pengekor bangsa-bangsa lain, bahkan dalam hal-hal yang kecil dan remeh sekalipun. Mereka menyerahkan persoalannya kepada negara-negara lain, yang justru akan semakin menjauhkan apa yang menjadi keinginan kaum Muslim. Sehingga mereka tetap hidup hina dan tak berdaya. Hal ini tampak pada dukungan para penguasa kaum Muslim kepada Obama yang menekan Yahudi agar menghentikan pembangunan pemukiman, dari pada berjuang meleyapkan institusi Yahudi dengan berlaga dan berperang di medan tempur.

Demikianlah, keadaan kita. Demikian pula apa yang terjadi pada kita. Apakah masih ada jalan untuk memperbaiki semua kenyataan ini?!

Wahai para ulama yang mulia:

Sesungguhnya persoalan ini sulit untuk diperbaiki, kecuali dengan perkara yang telah terbukti mampu memperbaiki keadaan generasi sebelumnya; yaitu dengan mengembalikan Khilafah Rasyidah yang mengikuti metode kenabian di negeri-negeri kaum Muslim. Ini merupakan persoalan utama kaum Muslim. Dengan Khilafah, mereka akan hidup mulia. Dan dengan Khilafah mereka akan meraih kemenangan dunia akhirat—dengan izin Allah. Tanpa Khalifah mereka terhina dan menjadi seperti anak-anak yatim di tengah pesta orang-orang jahat. Sesungguhnya memperbaiki urusan umat adalah dengan mengembalikan Khilafah Rasyidah dan membaiat Khalifah, yang akan mengumpulkan semua kaum Muslim, menegakkan keadilan, dan menyebarkan kebaikkan. Sehingga, seorang Muslim baik laki-laki maupun perempuan, hidup dalam kesejahteraan dan kemamuran; hidup aman dan nyaman, serta tenang dan tentram, menjadi hamba Allah; kuat karena kedekatan dengan Tuhannya, dan mulia karena konsisten menjalankan agamanya; tidak pernah merasa takut dan gentar, karena Allah, terhadap celaan orang yang suka mencela. Dengan Khilafah kaum Muslim akan meraih kebaikan bumi dan langit. Bumi akan mengeluarkan simpanannya dan langit akan menurunkan kebaikannya.

)وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاء وَالأَرْضِ(

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (TQS. Al-A’raf [7] : 96)

Wahai para ulama yang mulia:

Sesungguhnya tegaknya Khilafah bukan sekadar persoalan utama yang hanya menjamin kemuliaan kaum Muslim dan rahasia kekuatannya saja. Tetapi ia merupakan yang pertama dan terakhir dari berbagai kewajiban yang lain. Tegaknya Khilafah merupakan kekuatan penyelaman bagi seorang Muslim dari mati jahiliyah (dalam keadaan berdosa). Rasulullah SAW bersabda:

«مَنْ خَلَعَ يَدًا مِنْ طَاعَةٍ لَقِيَ اللَّهَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لاَ حُجَّةَ لَهُ وَمَنْ مَاتَ وَلَيْسَ فِي عُنُقِهِ بَيْعَةٌ مَاتَ مِيتَةً

جَاهِلِيَّةً»

Siapa saja yang melepaskan ketaatan, maka ia akan bertemu Allah pada hari kiamat tanpa memiliki hujjah. Dan siapa saja yang meninggal sedang di pundaknya tidak ada baiat, maka ia mati seperti mati jahiliyah (dalam keadaan berdosa).” (HR. Muslim dari jalan Abdullah bin Umar).

Siapa saja yang tidak membaiat Khalifah ketika Khalifah itu ada, lalu ia mati, maka ia mati seperti mati jahiliyah (dalam keadaan berdosa). Dan siapa saja yang tidak berusaha mewujudkan Khalifah untuk dibaiatnya, apabila Khalifah belum ada; maka ia pun mati seperti itu juga, yaitu mati jahiliyah (dalam keadaan berdosa). Sebab, hadits Rasulullah SAW tersebut datang dengan lafadz umum di dua tempat, yaitu lafadz man mâta (siapa saja yang meninggal)” dan lafadzbai’ah”. Lafadzman” adalah bentuk umum, sehingga meliputi setiap Muslim hingga hari kiamat. Sedangkan lafadzbai’ah” adalah nakirah dalam konteks peniadaan; maka itu pun umum meliputi baiat kepada Khalifah jika Khalifah ada, dan baiat kepada Khalifah yang diusahakan untuk diwujudkan jika Khalifah belum ada. Dalam semua keadaan ini, jika seorang Muslim meninggal sedang di pundaknya belum ada baiat, maka ia mati seperti mati jahiliyah (dalam keadaan berdosa). Sungguh hal ini menunjukkan besarnya dosa dalam perkara ini.

Para sahabat ridhwanullah ‘alaihim, mengerti betul perkara ini. Hal itu terbukti, mereka lebih sibuk membaiat Khalifah Rasulullah SAW dari pada memakankan jenazah Rasulullah SAW, padahal memakamkan jenazah hukumnya wajib. Para sahabat yakin bahwa kewajiban mengangkat Khalifah lebih utama dari kewajiban memakamkan jenazah. Rasulullah SAW wafat pada pagi hari Senin. Jenazah beliau belum juga dimakamkan hingga malam Selasa dan siang harinya, hingga selesainya kaum Muslim membaiat Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu, yaitu baiat in’iqat (pengangkatan) di Syaqifah, pada hari wafatnya Rasulullah SAW, dan baiat tha’at (ketaatan) di Masjid pada hari Selasa. Kemudian jenazah Rasulullah dimakamkan di tengah malam, pada malam Rabu. Artinya, pemakaman Rasulullah SAW ditangguhkan hingga dibaiatnya Abu Bakar dengan baiat in’iqat (pengangkatan) dan baiat tha’at (ketaatan). Ini menunjukkan pentingnya keberadaan Khalifah dan pembaiatannya.

Wahai para ulama yang mulia:

Sesungguhnya Islam tanpa negara mustahil diterapkan dengan sempurna. Sebab, hukum-hukumnya mustahil diterapkannya tanpa Kahlifah. Hudud tidak akan ditegakkan, fituhat tidak akan dijalankan, dan negeri-negeri Islam tidak akan terjaga kecuali dengan adanya seorang pemimpin (Khalifah). Sungguh, benar Rasulullah SAW dengan sabdanya:

«وَإِنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ»

Sesungguhnya seorang pemimpian itu adalah perisai, di belakangnya orang-orang berperang, dan kepadanya orang-orang mencari perlindungan.” (HR. Bukhari-Muslim).

Sungguh, keberadaan Negara Islam begitu pentingnya di hadapan para sahabat ridhwanullah ‘alaihim. Ketika Amirul Mukminin, Umar bin Khattab mengumpulkan mereka, untuk membuat penanggalan hijriyah, mereka berdiskusi untuk menemukan peristiwa besar yang akan dijadikan permulaan penanggalan. Mereka menemukan tiga peristiwa besas, yaitu kelahiran Rasulullah SAW, waktu diutusnya Rasullah SAW, dan peristiwa hijrah. Ali berkata, hendaklah kita memulai penanggalan dari hijrahnya Rasulullah, sebab di dalamnya terdapat negara bagi kaum Muslim, dan kemuliakan mereka …. dan hal itu disetujui oleh semua sahabat. Padahal, kelahiran Rasulullah SAW juga merupakan peristiwa yang besar, begitu juga dengan diutusnya Rasulullah SAW. Namun, para sahabat lebih memilih peristiwa hijrah dan berdirinya Negara Islam untuk memulai penanggalan hijriyahnya.

Wahai para ulama yang mulia:

Sungguh, kami sadar betul…., bahwasannya Khilafah merupakan perkara utama kaum Muslim, bahkan menegakkannya merupakan kewajiban di atas kewajiban yang lain. Karena itu, Hizbut Tahrir berusa dengan sungguh-sunguh, tanpa kenal lelah, untuk menegakkan Khilafah. Dan sejak setengah abad yang lalu, Hizbut Tahrir dalam menjalankan aktivitas senantiasa dihadapkan pada berbagai pelecehan, penangkapan, pemenjaraan, dan penyiksaan, yang terjadi di berbagai negeri-negeri Islam. Akibatnya, tidak sedikit di antara syabab (aktivis) Hizbut Tahrir yang telah meraih kemuliaan sebagai syuhada. Meski demikian, Hizbut Tahrir tetap teguh menperjuangkan kebenaran, tidak sedikitpun merasa takut akan hinaan dan celaan orang yang hanya bisa menghina dan mencela. Dengan keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya, dan keyakinan yang jernih, maka dengan izin Allah SWT, Hizbut Tahrir akan terus berjuang, hingga Hizbut Tahrir sukses—dengan izin Allah—menjadikan Khilafah sebagai opini umum di sisi kaum Muslim, dan tuntutan yang membuat kaum Muslim bersemangat, meski di depannya berserakan beragam penyesatan dan makar yang ditebarkan oleh kaum Kafir dan para anteknya.

)وَقَدْ مَكَرُوا مَكْرَهُمْ وَعِنْدَ اللَّهِ مَكْرُهُمْ وَإِنْ كَانَ مَكْرُهُمْ لِتَزُولَ مِنْهُ الْجِبَالُ(

Dan sesungguhnya mereka telah membuat makar yang besar padahal di sisi Allah-lah (balasan) makar mereka itu. Dan sesungguhnya makar mereka itu (amat besar) sehingga gunung-gunung dapat lenyap karenanya.” (TQS. Ibrahim [14] : 46)

Kemudian, Khilafah akan menjadi sebuah kenyataan yang terlihat jelas di depan mata Hizbut Tahrir. Sungguh, kami sangat berharap kepada Allah SWT agar memuliakan kami dengan menjadikan kami sebagai tentara Khilafah, orang-orang yang melaksanakan perintahnya, hingga kami benar-benar meraih kemenangan yang agung.

Wahai para ulama yang mulia:

Sungguh kami sangat menginginkan kebaikan untuk kami dan untuk saudara-saudara sekalian. Imam Bukhari meriwayatkan hadits dari Anas, dari Nabi SAW bersabda:

«لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُ لِنَفْسِهِ»

Tidaklah beriman seseorang di antara Saudara, sehingga ia mencintai saudaranya yang lain, seperti ia menciatai dirinya sendiri.

Sungguh, kami sangat ingin saudara sekalian ikut berpartisipasi bersama kami meraih keutamaan yang agung ini, dengan beraktivitas untuk menegakkan Khilafah. Siapakah di antara para ulama yang kebaikannya melebihi seorang ulama yang melaksanakan kewajiban yang agung ini? Sungguh, seorang ulama yang bertakwa dan ikhlas, dialah yang lebih berhak terhadap urusan ini, dan tempatnya selalu di barisan terdepan dalam setiap kebaikkan. Untuk itu, kami tidak ingin hanya berkata kepada saudara seklian “Dukunglah kami, tolonglah kami, dan bantulah kami”. Tetapi dengan rasa hormat dan ketulusan dari lubuk hati yang paling dalam, kami ingin berkata kepada saudara sekalian, lebih dari semua itu, yaitu “Beraktivitaslah bersama kami, dan bekerja samalah dengan kami, untuk kebaikkan ini”. Sungguh kami yakin dan percaya dengan bantuan dan pertolongan Allah, dan telah dekatnya waktu terbitnya kembali fajar Khilafah. Dan sesungguhnya, kemuliaan Islam dan kaum Muslim —dengan izin Allah— sudah tidak lama lagi. Sungguh, semua itu akan terwujud dengan izin Allah, sebagai bukti kebenaran atas apa yang telah dijanjikan Allah SWT kepada para hamba-Nya yang shaleh.

)وَعَدَ اللهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ

قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لاَ

يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُون(

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (TQS. An-Nur [24] : 55)

Dan juga sebagai perwujudan atas kabar gembira dari Rasulullah SAW tentang kembalinya Khilafah, setelah berlalunya masa para penguasa diktator, di mana kita sedang berada saat ini. Imam Ahmad meriwayatkan dari jalan Hudzaifah bin al-Yamani yang berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:

«تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ

عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ

مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا

جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى

مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ»

Akan ada fase kenabian di tengah-tengah Saudara. Dengan kehendak Allah, ia akan tetap ada, kemudian Dia akan mengakhirinya, jika Dia berkehendak untuk mengakhirinya. Kemudian akan ada fase Khilafah berdasarkan metode kenabian. Dengan kehendak Allah, ia akan tetap ada, kemudian Dia akan mengakhirinya, jika Dia berkehendak untuk mengakhirinya. Kemudia akan ada fase penguasa yang zalim. Dengan kehendak Allah, ia akan tetap ada, kemudian Dia akan mengakhirinya, jika Dia berkehendak untuk mengakhirinya. Lalu akan ada fase penguasa diktator. Dengan kehendak Allah, ia akan tetap ada, kemudian Dia akan mengakhirinya, jika Dia berkehendak untuk mengakhirinya. Selanjutnya akan datang kembali Khilafah berdasarkan metode kenabian. Kemudian belia SAW diam.

Terakhir, sungguh dengan hati tulus dan ikhlas kami memohon kepada Allah SWT untuk kebaikkan muktamar saudara sekalian ini. Semoga muktamar ini menjadi pengantar terbitnya fajar Khilafah, sehingga seluruh dunia diterangi oleh kemuliaan dan kekuatan kaum Muslim. Dan umat Islam kembali lagi menjadi umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia. Dan negara mereka menjadi negara nomor satu lagi di dunia, yang membawa kebaikan dan berkah, hukum dan keadilan, industri dan ilmu pengetahuan, serta stabilitas dan keamanan.

)وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ. بِنَصْرِ اللَّهِ يَنْصُرُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ(

Dan di hari (kemenangan) itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.” (TQS. Ar-Rum [30] : 4-5)

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

28 Rajab 1430 H.

21 Juli 2009 M.





0 comments:

 
© Copyright by Dunia Menuju Daulah Khilafah  |  Template by Blogspot tutorial